Apa Benar Melahirkan Dengan Persalinan Vakum Menjadikan Anak Bodoh? - ATURAN WARAS SEHAT
Loading...

Apa Benar Melahirkan Dengan Persalinan Vakum Menjadikan Anak Bodoh?

Loading...
Loading...
Benarkah melahirkan dengan persalinan vakum menjadikan anak bodoh?. Apa itu Persalinan vakum. Mengapa terjadi persalinan vakum dan benarkah bayi yang lahir divakum akan menjadi bodoh, jika mereka besar nanti?, Hal ini tidaklah benar. Bahwa  melahirkan dengan persalinan vakum tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap perkembangan otak si bayi. Sebab, yang ditarik, divakum bukanlah otak bayi, melainkan kulit dan jaringan di bawah kulit kepala. Itu pun tidak akan membuat perubahan bentuk kepala.

Vakum merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendukung persalinan. Pada umumnya melahirkan dengan persalinan vakum dilakukan karena ibu hamil menjalani persalinan yang lama, sehingga mengalami kelelahan. Selain itu, persalinan dengan vakum dilakukan karena bayi tak kunjung keluar atau lahir, atau bisa karena ibu hamil tidak bisa dan diperbolehkan mengejan terlalu lama. Nah, agar lebih jelasnya tentang pengertian melahirkan dengan persalinan vakum dan risikonya.

Pengertian Melahirkan Dengan Persalinan vakum


Apa sebenarnya vakum itu? Ternyata ia merupakan alat kebidanan yang digunakan untuk melahirkan janin dengan cara melakukan tarikan pada kepala bayi. Alat ini ada yang berbentuk sendok. Persalinan dengan vakum dilakukan bila ada indikasi atau gejala pada ibu dan si bayi, maupun pada keduanya. Indikasi pada ibu, misalnya, karena persalinan lama, ibu menderita penyakit tertentu. Seperti, jantung, darah tinggi, terutama pada kejang-kejang (preeklampsia). Begitu pula dengan ibu yang memiliki bekas operasi. Penanganannya harus lebih intensif karena sudah ada jaringan parut di rahimnya.

Melahirkan dengan persalinan vakum dilakukan jika ada indikasi pada bayi, bila terjadi gawat janin. Misalnya waktu diperiksa, denyut nadi bayi lebih atau kurang dari normal. Denyut nadi normal pada bayi adalah 120-160/menit. Jika lebih atau kurang dari itu, maka disebut gawat janin.

Bisa pula karena terjadi perbedaan variabel antara denyut yang satu dengan yang lainnya. Setiap menit, denyut nadi bayi diukur, se menit kemudian bayi diistirahatkan untuk kemudian diukur kembali. Jika hasil pengukuran pertama hasilnya 140 dan pengukuran kedua 120 atau sebaliknya, berarti ada perbedaan variabel.

Persyaratan Melahirkan Dengan Persalinan Vakum

Kendati sudah ada indikasi, dokter tak selalu memutuskan ibu untuk melahirkan dengan persalinan vakum. masih ada persyaratan lain yang harus dipenuhi. Ada beberapa persyaratan melahirkan dengan persalinan vakum, yaitu:

Syarat Pertama, Tidak ada disproporsi kepala panggul. Artinya, panggul ibu tidak sempit atau ukuran bayi yang besar. Panggul yang sempit atau keadaan bayi yang besar, tidak memungkinkan dilakukan melahirkan dengan persalinan vakum. Karena bayi tidak mungkin "terlalu" dipaksa keluar dengan alat tersebut. Umumnya kondisi semacam ini, mengharuskan ibu melahirkan dengan operasi caesar.

Syarat Kedua, Pembukaan sudah lengkap. kalau belum lengkap, melahirkan dengan persalinan vakum tidak dapat dilakukan. Selain itu bagian terbesar kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul. Jadi, bayi sudah ada di dasar panggul ibu. Dan terakhir, ketuban sudah negatif atau sudah pecah (tak ada lagi).

Namun begitu, persyaratan melahirkan dengan persalinan vakum bisa diperlonggar, jika memang sangat diperlukan. Misalnya, ibu atau bayi mengalami payah jantung atau terjadi kejang-kejang. bila tak segera ditolong, keluhannya akan semakin berat dan bisa membahayakan ibu maupun janinnya. Nah, dalam situasi demikian, meski pun pembukaan baru 7 cm atau penurunan kepala bayi masih sedikit di atas dasar panggul, melahirkan dengan persalinan vakum dapat dilakukan.

Efek dan Risiko Melahirkan Dengan Persalinan Vakum

Idealnya, proses persalinan dengan vakum berlangsung 20 menit. Namun bisa saja mencapai 40 menit. Sebelum dilakukan penarikan kepala bayi, dokter akan memeriksa ada tidaknya jaringan v4g1na ibu yang terjepit oleh alat vakum. Pengecekan dilakukan 2 menit setelah alat vakum dimasukkan dan sebelum penarikan.

Bila dalam proses penarikan ternyata kepala bayi tidak mau turun juga, penarikan harus dihentikan dan ibu harus menjalani persalinan dengan operasi. Kegagalan tersebut bisa disebabkan oleh disproporsi kepala panggul atau janin yang terlalu besar. Bisa juga hal ini disebabkan adanya tumor yang sebelumnya tidak terdeteksi.

Melahirkan dengan persalinan vakum tidak berdampak buruk pada ibu, paling-paling terjadi laserasi atau perlukaan pada jalan lahir dan juga pendarahan di jalan lahir. Dan efek pada bayi juga tidak ada, selama penarikan tidak terlalu dipaksakan. Setiap kelahiran selalu mengandung risiko. bahkan pada kelahiran normal pun ada risikonya. Misalnya, kemungkinan infeksi.

Umumnya, resiko melahirkan dengan persalinan vakum pada bayi adalah terjadinya luka atau lecet di kulit kepala. Ini pun dapat diobati dengan obat antiseptik. Bisa juga terjadi Cephal hematoma atau pendarahan yang tidak keluar diantara tulang-tulang kepala, berwarna merah kebiruan. Biasanya akan hilang sendiri setela bayi berusia seminggu. Yang parah adalah bila terjadi pendarahan infrakranial (pendarahan dalam otak). Untungnya, kasus seperti ini jarang sekali terjadi.

Yang jelas melahirkan dengan persalinan vakum tidak menimbulkan efek pada bayi. yang mempengaruhi kondisi setelah kelahiran adalah proses yang lama itu tadi. Misalnya, ibu sudah mengejan dan ketuban pun sudah pecah, tapi bayi tidak juga lahir. Sudah tentu terjadi kompresi dari pembuluh darah ibu bayi. Akibatnya, bayi tak mendapat suplai darah yang cukup sehingga ia lahir dengan kondisi asfiksia.

Tapi kondisi asfiksia ini juga bisa dialami oleh persalinan normal maupun persalinan dengan operasi caesar. Asfiksia bisa diketahui dengan tes Apgar yang dilakukan setelah bayi lahir. tidak ada perbedaan antara asfiksia karena vakum, normal dan operasi caesar.

Nah, asfiksia ini bisa membuat tumbuh kembang anak menjadi terganggu. Tapi itu pun jika asfiksianya tergolong kategori berat. Dampaknya, bayi mengalami keterlambatan perkembangan motoriknya. Jika pada umumnya bayi sudah bisa tengkurap pada usia 3 bulan, sampai umur 6 bulan belum bisa melakukannya. Kemungkinan terburuk, bayi mengalami keterbelakangan mental. Tapi jika asfiksia sedang, tumbuh kembang si bayi tidak terganggu jika segera ditangani.

Oleh karena itu melahirkan dengan persalinan vakum, tidak menimbulkan bahaya seperti yang beredar luas dalam masyarakat kita sekarang ini. Demikianlah pembahasan saya kali ini mengenai pengertian, dan pengaruh melahirkan dengan persalinan vakum. Semoga bermanfaat dan salam sehat!!

Loading...

Belum ada Komentar untuk "Apa Benar Melahirkan Dengan Persalinan Vakum Menjadikan Anak Bodoh?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel